Text
Masyarakat Nelayan Di Jakarta Utara
Abstrak
Berangkat dari hasrat akan mengoptimalkan potensi kelautan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat (BPNB Jabar) merasa perlu untuk ikut berpastisipasi. Tentu saja partisipasi itu disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh BPNB Jawa Barat. Pada konteks itu, memenfaatkan sumber kelautan tidaklan terlepas pembangunan kebudayaan khususnya tentang budaya maritime. Pembangunan tentang kebudayaan maritime ini tentu saja memiliki arti yang sangat strategis di dalam upaya merubah mindset bangsa dari masyarakat aratan menjadi masyarakat bahari. Tujuan utama dari kegiatan ini : Masyarakat Nelayan di Jakarta Utara adalah menjaring data/informasi mengenai segala aspek budaya yang dimiliki oleh masyarakat maritim di Jakarta utara. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara; studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung ke lokasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan ialah: buku dan alat tulis, alat perekam, camera, dan fotocopy. Adapun wilayah Kotamadya Jakarta Utara sebagian besar terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai ketinggian rata-rata 0 s/d 1 m di atas permukaan laut. Wilayah ini cenderung beriklim panas dengan suhu rata-rata sepanjang tahun 27 derajat celcius. Letaknya yang berad di daerah khatulistiwa menyebabkan wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angin musim timur dan musim barat. Yang dimaksud dengan potensi kenelayanan ialah kondisi geografis pantai sebagai sumber matapencaharian dan segala upaya para nelayan untuk menjalankan matapencahariannya. Nelayan di Jakarta Utara secara umum dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu Nelayan penetap dan nelayan pendatang. Nelayan Pendatang adalah nelayan yang berasal dari daerah Cirebon, Indramayu, Bekasi, dan Banten. Kemudian jika ditinjau dari statusnya nelayan di Jakarta Utara dibagi dua kelompok lagi, yaitu nelayan pemilik dan nelayan pekerja. Alat tangkap yang digunakan secara umum masih bersifat tradisional dengan waktu penangkapan masih one day fishing dan lokasi penangkapannya juga tidak terlalu jauh dari sekitar Teluk Jakarta yang banyak terdapat pemukiman penduduk. Armada perikanan tangkap yang terdapat di Jakarta Utara secara umum berukuran kecil di bawah 10 GT ada juga beberapa yang di atas 10 GT. Produksi hasil tangkapan nelayan berupa teri, sembilang, kembung, belanak, rebon ,petek, rucah, samge, kuniran, dan tembang. Masyarakat nelayan di Pesisir Pantai Utara Jakarta kebanyakan bearsal dari luar Jakarta, sangat sedikit bahkan tidak ada orang Jakarta atau orang Betawi yang menjadi nelayan disana. Dalam menjalankan system religi, khususnya upacara tradisional, mereka melaksnakan beberapa upacara, yakni upacara yang terkait dengan kehidupan individual seperti upacara daur hidup dan upacara yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai nelayan. Upacara yng berkaitan dengan daur hidup atau life cycle dilaksanakan secara individual oleh beberapa anggota masyarakat yang masih mempercayai dan memiliki dana untuk melaksanakannya. Potensi budaya pada masyarakat nelayan di Jakarta Utara dapat dirinci sebagai berikut: upacara tujuh bulanan,upacara cukuran bayi, upacara khitanan dan pernikahan, upacara seputar kematian, upacara nadran dan pesta laut, jogjogan, kesenian marawis, hadro/hadroh. Kehidupan nelayan di Jakarta Utara telah berlangsung secara turun temurun, mereka telah melalui masa yang cukup panjang dan telah membentuk kebudayaannya sendiri. Namun demikian, berbagai perubahan seiring dengan perkembangan Kota Jakarta. Mereka hanya sekedar mampu bertahan hidup dan sangat sulit untuk memajukan peradabannya. Bahkan sekarang ini, mereka tidak berharap lagi anak-anaknya untuk meneruskan kehidupan sebagai nelayan.
Perpustakaan BPNB Jawa Barat