LAPORAN STUDI
Arca Penjaga Candi-Candi Periode Jawa Tengah
Jenis-jenis arca penjaga bangunan candi Hindu dan Buddha periode Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu arca penjaga candi, arca penjaga arah mata angin, dan arca penjaga situs. Termasuk dalam arca penjaga candi yaitu arca Mahakala dan arca Nandiswara, arca penjaga arah mata angin yaitu kala makara dan arca Lokapala, serta arca penjaga situs yaitu arca singa dan arca dwarapala. Dari ketiga jenis arca penjaga tersebut, secara umum arca penjaga yang terdapat pada semua bagian candi baik Hindu maupun Buddha dari periode klasik tua wilayah Jawa Tengah bagian utara maupun bagian selatan, bahkan periode klasik muda yang berada Jawa Timur adalah bentuk kala makara yang selalu diletakkan pada ambang atas dan di kanan kiri pipi pintu masuk candi. Arca Mahakala dan Nandiswara tidak selalu dipahatkan di setiap bangunan candi Hindu. Hal ini mungkin karena bangunan candi sudah dijaga oleh kala makara. Pada bangunan candi kompleks arca penjaga kadang-kadang diwujudkan dalam bentuk araca dwarapala yang berfungsi sebagai penjaga situs, misalnya di Candi Sewu dan Candi Plaosan Lor.
Menurut kepercayaan Buddha, singa merupakan Buddha, singa merupakan kendaraan sang Buddha ke nirwana. Singa merupakan simbol dari sang Buddha, yaitu Sidharta Gautama. Dia dikenal sebagai "Singa keluarga Sakya" karena singa adalah raja para binatang yang melambangkan kekuatan, keberanian, kemenangan serta kemampuan untuk melindungi para penganut agama Buddha. Candi Borobudur dilengkapi 32 arca singa sebagai penjaga pintu masuk di halaman maupun di pintu naik tangga pada keempat penjuru mata angin. Di India arca singa dianggap sebagai tokoh penjaga pintu bangunan stupa, maka bersumber dariSilpa Prakasa dan candi-candi di India, arca singa pada Candi Borobudur pun berfungsi sebagai penjaga situs dan stupa.
Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur