Text
Melawan stigma : melalui pendidikan alternatif
Pendidikan alternatif untuk masyarakat miskin di perkotaan masih merupakan barang langka, sangat jarang diusahakan orang, jauh dari pikiran pemerintah, malah termasuk dalam gambaran buruk dengan cap-cap oleh masyarakat kelompok menengah dan kelompok atas. Meskipun semua tantangan berat itu, tahun 1999 kami nekad memulai pembentukan sebuah komunitas urban miskin di pinggir kali Ciliwung, Jakarta. Perjalanan tiga tahun terakhir yang kulakukan (Ignatius Sandyawan Sumardi) bersama dengan para relawan dan para sahabat telah merangsang timbul nya banyak gagasan.
Seting Tempat adalah Sekolah, Setiap orang adalah Guru.
Bahwa wahana di mana proses belajar pada dasarnya tidak berbatas pada sekolah sekolah formal yang dan jam jam pelajaran formal.
kelompok. komunitas, lingkungan pada kebanyakan adalah sekolah kehidupan nyata bagi anak dan remaja. Masalahnya, bagaimana serta kita para pendamping itu dapat belajar dari kenyataan hidup masyarakat. Jadi bagian yang serba pluralistik dan dapat menerima dan belajar dari kekuatan, serta kelemahan. Proses pendidikan itu ketika pribadi-pribadi dalam satu kesatuan komunitas masyarakat setempat dapat meningkatkan obyektifitas diri mereka sendiri secara lebih komprehensif dan berani untuk belajar bercermin. Memang, harus diakui, prinsip ini lahir justru dari kenyataan keterbatasan ruang ruang dan waktu pendidikan pada masyarakat pinggiran. Anak-anak dan remaja itu memang dapat belajar di ruang kelas, tapi dapa juga belajar di pinggir sungai. di pinggir jalan, di gardu malam atau di gerbong kereta api.(NTs)
Perpustakaan P4TK Bidang Pertanian-Cianjur