Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.358 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

PANTUN DI KABUPATEN SUBANG | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

PANTUN DI KABUPATEN SUBANG


Kata Kunci : Pantun, Nilai Budaya, Karya Sastra, Kabupaten Subang
Lokasi : Kabupaten Subang
Judul : Pantun Di Kabupaten Subang
Penulis : Iim Imadudin, Lina Herlinawati, Rosyadi, Ria Intani Tresnasih, Heru Erwantoro, Euis Thresnawaty, Hermana.
Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Tahun : 2017
Kolasi : iv; 101 halaman; foto; peta; tinggi 29 cm; lebar 20,5 cm; formulir pencatatan WBTB.
No klasifikasi : A. 11 BHS
Abstrak
Kabupaten Subang memiliki banyak sekali karya budaya yang perlu diketahui secara luas oleh masyarakat umum, salah satunya adalah Pantun. Pertunjukan Pantun Buhun merupakan salah satu bentuk pertunjukan tradisional yang berkembang di Jawa Barat. Berbeda dengan kesenian Pantun pada umumnya, Pantun Buhun disampaikan dalam bentuk cerita dongeng (story telling). Biasanya pertunjukan Pantun Buhun juga dilengkapi dengan ungkapan atau nyanyian modern yang merefleksikan kondisi kekinian, selain memiliki fungsi hiburan, pertunjukan Pantun Buhun berfungsi mengingatkan. Pantun sebagai bagian dari ekspresi budaya perlu mendapat perlindungan agar tetap lestari sehingga menjadi sumber kearifan. Tujuan utama dari penginventarisasian dan pencatatan karya budaya di kabupaten subang ini adalah menjaring data tentang pantun di daerah tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara mendalam dan terbuka , observasi langsung, dan penelaahan dokumentasi tertulis, hal ini disebabkan esensi dari kegiatan tersebut berupa kelengkapan item – item budaya yang dimaksud disertai uraian singkatnya. Pantun dibawakan oleh seorang dalang pantun yang didampingi oleh seorang dalang ruwat dan seorang juru kukus. Ketiganya memiliki tugas masing – masing, dalang pantun bertugas untuk mantun sembari jari – jemari nya memetik kecapi, dalang ruwat bertugas menyiapkan sesajen untuk meruwat, adapun juru kukus bertugas untuk ngukus atau menyalakan parupuyan (membakar kemenyan) serta ngengklok atau dalam pertunjukan wayang golek disebut sebagai alok pantun. Cerita Pantun dipentaskan sebagai cara menunjukan rasa syukur dan keselamatan masyarakat sunda kuno terhadap leluhur. Oleh karena itu, seni pantun memiliki fungsi yang sangat penting untuk hal – hal yang berkaitan dengan keselamatan dalam hidup. Atas dasar kekeramatannya, seni cerita pantun hanya boleh dipentaskan pada saat – saat yang dipandang suci yaitu ruwatan, ngagusar nadar, dan ritual lainnya. Penyediaan sesajen tersebut bukan tanpa tujuan atau maksud, secara eksplisit sesajen menggambarkan rupa – rupa makanan, minuman dan buah – buahan yang menjadi konsumsi kita sehari – hari selain itu sesungguhnya satu per satu unsurnya memiliki makna yang pada intinya apabila dirangkum merupakan falsafah hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari oleh generasi penerus, diantara nya adalah makna bahwa kehidupan itu tidak semuanya manis akan tetapi adapula yang pahit. Pertunjukan Pantun Buhun merupakan salah satu bentuk pertunjukan tradisional yang berkembang di tatar sunda. Seni pantun merupakan salah satu jenis kesenian sunda yang sangat dekat dengan mitologi orang sunda, terutama yang berkaitan dengan kejayaan kerajaan Pajajaran. Cerita pantun diperkirakan lahir sekitar abad ke 14. Dugaan tersebut dihubungkan dengan tema pantun yang banyak menceritakan keadaan kerajaan Sunda Pajajaran. Berbeda dengan kesenian pantun pada umumnya, Pantun Buhun disampaikan dalam bentuk cerita dongeng, cerita pantun dinyanyikan dengan iringan kacapi dan diawali dengan do’a (rajah). Biasanya pertunjukan Pantun Buhun juga dilengkapi dengan ungkapan atau nyanyian modern yang merefleksikan kondisi kekinian. Bagi sebagian masyarakat tradisi, seni pantun juga kerap dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarkan pengetahuan ataupun nilai – nilai tertentu kepada masyarakat luas. Begitu luhur nilai budaya yang dimilikinya, pantun dapat digunakan sebagai media komunikasi yang sangat positif. Dinamika sosio – budaya masyarakat sunda memungkinkan tradisi berpantun mengalami perubahan, oleh karena tradisi berpantun berada dalam konteks masyarakat, maka tidak terlepas dari perspektif perubahan sosial.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
A. 11 BHS
Publisher
Bandung -Jawa Barat : BPNB Jawa Barat.,
Collation
lebar 21 cm., tinggi 29 cm., gambar, peta., formu
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
A. 11 BHS
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
Tahun 2017
Subject(s)
Specific Detail Info
2 Eks
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment