Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.297 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Babad Demak I | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Babad Demak I


Urutan cerita Babad Demak 1 ini disesuaikan dengan urutan cerita naskah aslinya, apabila disana sini ada atau terdapat bagian-bagian cerita yang seolah-olah meloncat-loncat, kiranya dapat memaklumi karena naskah asli Babad Demak 1 ini berbentuk tembang. Judul-judul bab yang tertulis di dalam kurung adalah judul atau nama tembang, dan tidak mempunyai hubungan makna dengan isi cerita dibawahnya. Dituliskannya judul-judul tembang yang bernomor angka Romawi ini dimaksudkan untuk memudahkan pembandingan antara naskah alih aksara dan naskah alih bahasa. Nama tokoh, pelaku atau tempat disesuaikan dengan nama yang sudah sering terdengar di masyarakat. Misalnya didalam naskah transliterasi tertulis nama Sunan Benang sebab sedangkan yang tertulis di dalam naskah ini adalah Sunan Bonang sebab nama ini lebih dikenal masyarakat. Babad demak ini ditulis pada hari kamis, tanggal 8 Zulkaedah, wuku wugu, windu Adi, tahun Alip 1835 (sara bahning Slireng rat) atau tahun 1323 Hujrah (guna Dhesthi lir dahara sasra), dan bertepatan pula dengan tanggal 5 Januari 1906 (rasa nir Trustheng rupa). Penulisan babad ini atas kehendak Sultan Yogyakarta yang ketujuh untuk melanjutkan babad pertama yang telah ditulis sebelumnya. (Dangdanggula) Cerita babad ini dimulai sesuadh Prabu Brawijaya menghilang di Hutan Panggerit. Sepeninggal Prabu Brawijaya itu, para sentana dan para prajurit bersedih hati. Hanya putra Prabu Brawijayalah yang mereka harapkan dapat menggantikan kedudukan Prabu Brawijaya menjadi raja, yaitu Raden Angkawijaya. Dialah yang mereka pandang pantas menjadi raja, maka dengan senang hati semua orang menerima penobatannya, setelah dinobatkan menjadi raja, Raden Angkawijaya tetap memakai nama almarhum ayahnya, Prabu Brawijaya. Namanya sebagai raja terkenal di seluruh dunia dan Jawa tiada raja lain yang menyamainya. Menghilangnya Prabu Brawijaya di hutan tadi diikuti pula olehg patihnya, yaitu Patih Banteng. Patih Banteng ini meninggalkan seorang anak laki-laki yang bernama Raden Gajah diangkat menjadi patih, menggantikan ayahnya dengan nama Patih Gajahmada. Ia mendapat tugas memimpin seluruh prajurit Majapahit. Kerajaan Majapahit makin lama makin ramai, murah sandang pangan, dan aman serta tenteram. Semua rakyat mengabdi kepada Prabu Brawijaya dengan perasaan senang. (Mijil) sesampainya di Majapahit, Sang putri langsung diajaknya menuju istana. Sang putri telah resmi menjadi istri Prabu Brawijaya dan kemudian mendapat gelar Ratu Darawati. Beberapa waktu kemudian setelah Ratu Darawati berada di Majapahit, Negara Cempa kedatangan tamu dari Arab, yaitu Ibrahim, Saudara Muda Sultan Syarif. Tujuan Kepergiannya dari Arab itu sebenarnya akan mengislamkan seluruh Jawa. Namanya Kemudian digantinya dengan Syeh Wali Lanang. Setibanya di Negara Cempa, ia dapat bertemu sendiri dengan Raja Cempa. Atas kehadirannya itu, Raja Cempa kemudian memeluk agama Islam pula. Syeh Wali Lanang lama tinggal di Cempa, dan bahkan ia telah diambil sebagai menantu raja Cempa, dikawinkan dengan adik Ratu Darawati.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
091
Publisher
Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indoneia dan Daerah.,
Collation
lebar 14,5 cm., tinggi 20,5 cm., 407 hlm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
091
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
1981
Subject(s)
Specific Detail Info
1 eks
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment