Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.090 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Wawacan Lokayanti Satu Kajian Tema Dan Fungsi | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Wawacan Lokayanti Satu Kajian Tema Dan Fungsi


Wujud kebudayaan yang diwariskan nenek moyang kepada kita sangat beragam. Selain suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh Nusantara, juga beraneka ragam karya sastra, baik yang berwujud tradisi tutur atau lisan maupun tradisi tulisan. Salah satu suku bangsa karya dengan tradisi suku Sunda yang memiliki tradisi tulis. Yakni Wawacan
Wawacan menurut Ajip Rosidi (1966 :12), merupakan salah satu bentuk kesusastraan Sunda yang datang ke tanah Sunda kira-kira abad ke-17, yang dibawa oleh kaum feodaldan ulama Islam melalui pesantren. Kaena itu, pada umumnya isi wawacan melukiskan tentang kehidupan dan perkembangan agama Islam, ditulis dalam huruf Arab (Pegon), serta memuat berbagai peristiwa sejarah dan kronologi perkembangan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman dan kemampuan merekonstruksi naskah agar bisa dimanfaatkan untuk memahami situasi dan kondisi yang ada pada masa kini dengan mengakar pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Menurut tradisi masyarakat Sunda, wawacan sering digunakan untuk pertunjukkan beluk, yakni semacam pembacaan cerita lama yang dilakukan pada malam hari terutama setelah panen, nadzaran atau selamatan bayi (Suwardi, 1995:3). Pengkajian ini bertujuan mengungkapkan kandungan isinya. Adapun teori dan metode yang digunakan dalam mengkaji Wawacan Lokayanti, di samping teori struktural yakni berdsarkan struktur yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri, digunakan pula teori obyektif yang ditemukan Abrams, yaitu memandang karya sastra terdiri atas unsur alur, tokoh, dan penokohan,latar atau setting, tema dan fungsi, sebagai karya yang utuh. Alkisah, seorang Raja Arab bernama Sultan Amir Hamzah, mempunyai seorang anak yang diberi nama Raden Repatmaja (Iman Suwangsa), mempunyai paras tampan dan baik budinya, hasil buah perkawinannya dengan istrinya bernama siti munigar, selain itu, tersebut seorang raja kafir di negeri Dulangemas, bernama Lokayanti, yang terkenal pula kesaktiannya. Ia dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama putri Hadamningrat. Pada suatu waktu Lokayanti memanggil putrinya, untuk membicarakan tentang perjodohannya dengan Raden Nirman putra seorang raja bernama Nursewan dari negeri Madayin. Ketika itu, Purti Hadamningrat menyetujui permintaan ayahandanya. Setelah mendapat persetujuan dari putrinya, ia mengutus Patih Lokantara untuk mengantarkan Hamningrat ke negeri Madayin. Sultan Amir Hamzah mendengar kabar, tentang perkawinan Raden Nirman dengan putri Hadamningrat. Kabar itu, membuat Sultan Amir Hamzah segera menyuruh Raden Repatmaja pergi ke Negeri Madayin untuk memberikan tanda mata kepada Raja Nursewan.
Dan Motif cerita merupakan salah satu ciri dari karya sastra klasik (lama), seperti wawacan Lokayanti ini. Ketampanan biasanya muncul dan dilukiskan pada seorang tokoh pemuda/ksatria atau seorang putra raja, sehingga dengan ketampanannya itu banyak gadis atau perempuan tertarik atau tergila-gila. Misalnya tokoh Raden Repatmaja atau Imam suwangsa dilukiskan penggubah cerita sebagai seorang ksatria yang mempunyai paras tampan. Sehingga dengan ketampanannya itu banyak perempuan tertarik. Seperti halnya putri Hadamningrat dan putri Suryawati yang tergila.gila kepadanya. Oleh karena itu, motif ketampanan dalam wawacan Lokayanti ini akan menggerakkan cerita pada peristiwa berikutnya.selain tokoh Lokayanti yang menjadi tokoh utama adalah Sultan Amir Hamzah yang sekaligus menjadi rRaja di Negeri Arab. Kedua tokoh tersebut memegang peranan penting dalam cerita Wawacan Lokayanti, keduanya memiliki kesamaan, namun juga memiliki perbedaanwatak. Misalnya, di samping sebagai seorang raja. Sultan Amir Hamzah mempunyai sifat terpuji dibanding Lokayanti. Namun di samping sifat-sifat tersebut, dalam beberapa hal ia pun sebagai raja yang tidak bijaksana. Wawacan Lokayanti, sebagai salah satu hasil karya sastra klasik (Lama), dapat memberikan tuntunan bagi masyarakat pendukungnya untuk menemukan jatidirinya berdasarkan ajaran yang menurut anggapan mereka benar dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, seperrti agama, adat-istiadat dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
A.41 NK
Publisher
Bandung -Jawa Barat : BKSNT Bandung.,
Collation
Lbr 20,8 cm, tinggi 29,1 cm, 135 hlm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
A.41 NK
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
-
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment