LAPORAN STUDI
Evaluasi Stabilitas Struktur Candi dan Bukit
Setelah diadakan 25 kali observasi sejak tahun 1983 baik yang dilakukan secara manual, topometrik dan fotogrametri dan pengamatan gempa dengan pesawat seismograph SMA-1, didapatkan hasil bahwa kedudukan struktur candi masih dalam keadaan stabil. Sedang kedudukan titik sampel bukit yang diamati secara topometrik mengalami deformasi dengan ditunjukkan adanya angka penyimpangan beberapa titik sampel terhadap kedudukan pedoman yang melampaui batas toleransi.Untuk mendapatkan tingkat ketelitian tinggi pada sistem observasi struktural baik pada struktur candi maupun bukit diperlukan jaringan titik pengamat dan peralatan yang handal. Sedang peralatan ukur yang dipakai sekarang telah dipergunakan sejak periode pemugaran, sebagian telah menurun tingkat akurasinya dan sebagian lagi sudah tidak diproduksi oleh pabriknya, sehingga kesulitan untuk mendapatkan spare parts atau bahan pendukungnya. Oleh karenanya disarankan untuk mengadakan peremajaan dan peningkatan akurasi peralatan ukur, seperti pesawat heodolit Tachymat EDM, auto level, bak invar dll.Pengamatan lereng bukit dititikberatkan pada pengamatan permukaan atau pengamatan langsung terhadap titik sampel. Mengingat beberapa titik sampel pada lereng bukit telah mengalami deformasi, maka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, pengamatan ini harus didukung dengan pengamatan perilaku tanah dibawahnya. Sehingga nantinya dapat diketahui apakah yang mengalami deformasi pada bagian permukaan saja atau beserta struktur tanah di dalamnya. Untuk sementara bisa dilakukan dengan cara sederhana.Pengamatan stabilitas bangunan merupakan bagian yang sangat penting, bukan saja pada waktu proses pembangunan sedang berlangsung, tapi juga pada waktu pemeliharaan yang kaitannya dengan keamanan baik bagi bangunannya sendiri maupun terhadap budaya masa lampau bukan saja milik bangsa Indonesia, tapi sudah merupakan milik dunia maka stabilitas struktur candi dan bukit pendukungnya perlu dipantau secara kontinyu dan intensif.Pengamatan gempa dengan alat seismograph SMA-1 bekerja sama dengan BMG Jakarta hanya dapat memantau gempa yang berkekuatan minimal IV mmi. Maka disarankan untuk menjalin kerjasama dengan Seksi Penyelidikan Gunung Merapi yang dapat memantau gempa mikro secara telemetri dan kontinyu, sehingga hasil rekaman dapat diperoleh setiap saat.
Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur