Text
807. Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19
Inilah buku pertama yang secara khusus dan mendalam mengkaji kehidupan bahasa dan sastra Sunda pada abad ke-19. Kebijakan pemerintah kolonial, perusahaan percetakan swasta hasil perkawinan antara kapital dan teknologi baru, pendidikan untuk Bumiputra, dan kegiatan intelektual beberapa tokoh Sunda telah melahirkan tulisan-tulisan Sunda dengan semangat baru: dari puisi yang didaraskan menjadi prosa yang dibaca dalam hati; dari manuskrip tulisan tangan menjadi buku-buku cetakan mesin; dabdari dongeng-dongeng mistis yang irasional menjadi kisah realis, reflektif, dan bernalar. Sebagaimana motto K. F. Holle, sarjana Belanda ahli bahasa Sunda, Taal is macht (bahasa adalah kekuasaan), serba perubahan di bidang bahasa dan sastra ini memacu perubahan-perubahan lain dalam peri-kehidupan masyarakat Sunda, mula-mula di lapisan sosial-budaya, kemudian di lapisan politik.
Membaca Semangat baru kita bukan hanya mengetahui bagaimana bahasa Sunda ditemukan, dimurnikan, dan didayagunakan oleh Belanda atau bagaimana dampak melek aksara dan melek cetak terhadap pembentukan ilmu pengetahuan baru. Uraian di dalamnya juga memberikan gambaran yang rinci bagaimana suatu suku bangsa di negeri ini menggeliat meniti gelombang modernitas yang melanda Nusantara pada paruh kedua abad ke-19, dan merasa sederajat dengan bangsa-bangsa lain di Barat.
Perpustakaan BPCB Banten