Text
811. Multatuli: Pengarang Besar, Pembela Rakyat Kecil, Pencari Keadilan dan Kebebasan
Multatuli, nama pena Eduard Douwes Dekker (1820-1887), tak pernah sirna dari kenangan kolektif orang Indonesia. Pada tahun 1838, ia datang ke Hindia Belanda (Indonesia kini) sebagai pegawai pemerintah kolonial, dan berpindah-pindah dari kantor yang satu ke kantor lainnya. Tapi pada tahun 1856, sebagai Asisten Residen Lebak, Jawa Barat, ia mengundurkan diri dengan hati yang gundah dan pikiran yang gelisah. Ia tak tega menyaksikan rakyat bumiputera diperas dan dianiaya oleh penguasa lokal, dan ia tak setuju ddengan sikap pemerintah kolonial Belanda yang mendiamkan kezaliman di tanah jajahan.
Ia lalu menghunus pena, megerahkan kata, mencoba menguggah kesadaran orang banyak. Ditulisnya sebuah roman berjudul Max Havelaar yang pertama kali terbit pada tahun 1860. Untuk sebagian, roman ini bersifat autobiografis. Melalui karya sastra yang luar biasa ini, ia membongkar praktek eksploitasi penguasa kolonial atas rakyat bumiputera, menguliti mentalitas kelas menengah Belanda, dan menyerukan keadilan. Inilah roman yang jauh melampaui tabiat medioker dan puas diri sastra Belanda pada masanya, dan segera terkenal di lingkungan internasional. Di Indonesia sendiri, roman itu kemudian diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia dan dibaca oleh begitu banyak orang.
Seperti banyak orang Indonesia lainnya, Moechtar, penulis buku ini, menghormati dan mengagumi Multatuli. Dari pandangan-pandangannya menenai sosok, sikap, tindakan, dan karya Multatuli yang dituangkan dalam buku ini, terasa bahwa Multatuli adalah saksi atas penderitaaan rakyat Indonesia pada suatu masa sekaligus teladan dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan. Pandangan demikian diperkaya pula dengan komenar dari berberapa penulis lain yang disertakan dalam buku ini. Hingga batas tertentu, buku ini barangkali dapat memeberikan gambaran mengenai pandangan orang Indonesia dewasa ini perihal Multatuli, sekaligus mengenai harapan abadi akan terwujudnya keadilan dalam kehidupan manusia yang idam-idamkan oleh sastrawan besar itu.
Perpustakaan BPCB Banten