Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.211 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Tokoh sejarah dan budaya di Kabupaten Tasikmalaya | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Tokoh sejarah dan budaya di Kabupaten Tasikmalaya


Penulisan tentang seorang tokoh erat kaitannya dengan likasi atau tempat sang tokoh tersebut berada.Sehingga penulisan seorang tokoh sekaligus akan merujuk pada lokasi tokoh setempat. Kabupaten Tasikmalaya merupakan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki beberapa tokoh, baik itu tokoh pejuang, tokoh budaya, agama, pendidikan, tokoh politik, dan sebagainya. Berdasarkan dari permasalahan di atas, Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat pada Tahun 2018 melakukan Inventarisasi Tokoh Sejarah dan Budaya di Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan untuk memudahkan pembaca khususnya masyarakat Jawa Barat dan umumnya masyarakat Indonesia dalam upaya mengenal berbagai peranan tokoh, dengan diharapkan masyarakat Indonesia dapat meningkatkan apresiasinya. Metode penulisan, didalam inventarisasi ini, pengumpulan bahan atau sumber dilakukan dengan studi literatur dan lapangan/oral history (Wawancara). Setelah bahan-bahan tertulis terkumpul kemudian dilakukan pengujian kebenarannya melalui kritik ekstern dan intern. Setelah teruji kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka dilakukan penulisan sehingga menjadi suatu kisah sejarah. Pada awalnya, nama yang menjadi cikal-bakal Tasikmalaya terdapat di daerah Sukapura. Sukapura dahulunya bernama Tawang atau Galunggung. Tawang berarti sawah atau tempat yang luas terbuka. Penyebutan Tasikmalaya muncul setelah Gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi Tasik (danau, laut) dan malaya dari (ma) layah yang bermakna ngalayah (bertebaran) atau deretan pegunungan di pantai Malabar (India). Jadi Tasikmalaya berarti danau yang bertebaran atau dauan di gugusan bukit. Namun secara bahasa Sunda, Tasikmalaya mungkin juga mengandung arti Keusik ngalayah, bermakna banyak pasir di mana-mana. Adapun hasil kerajinan dari Tasikmalaya yang telah menembus ke pasaran nasional bahkan internasional, yaitu sebagai berikut: a. Batik (ada 3 motif) yaitu: Batik Sukapura, Batik Sawoan, dan Batik Tasik, b. Kelom Geulis, c. Payung Geulis, d. Bordir, e. Mendong. Hasil dari Inventarisasi Tokoh dan Budaya di Kabupaten Tasikmalaya yang diangkat adalah K.H. Ruhiat dari kalangan agama dan acep Zamzam dari kalangan budayawan. K.H. setelah keluar dari Vevolghshooldi dilanjutkan belajar ilmu agama Islam ke berbagai pesantren selama 9 tahun dari tahun 1922-1937. K.h. Ruhiat sudah merasa cukup menuntut ilmu agama Islam, kemudian mendirikan sebuah pondok pesantren di Kampung Cipasung, Desa Ciputat, Singaparna. Mendirikan pondok pesantren mendapat dukungan dari guru agamanya, yaitu pimpinan pondok pesantren Cilenga. Disamping meningkatkan ilmu agama dipondok pesantren, K.H. Ruhiat terjun ke medan perjuangan untuk menumpas kaum penjajahan di bumi pertiwi, K.H. Ruhiat oleh pihak kaum penjajah baik Belanda maupun Jepang dianggap berbahaya bagi kelanggengan kekuasaan mereka di Indonesia karena mempunyai kharisma kepemimpinan yang dapat menggerakkan masa. Oleh karena itu, K.H. Ruhiat dan teman-teman seperjuangannya, yaitu salah satu K.H. Zaenal Mustapa ditangkap oleh oihak Belanda tepatnya pada tanggal 17 November 1941 dan dipenjarakan di Tasikmalaya dan esok harinya dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke penjara Sukamiskin. Begitu pula pada zaman Jepag, K.H. Ruhiat ditahan dan dipenjarakan. Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki tokoh budaya yang sarat karya dan prestasi. Dia adalah Acep Zam Zam Noor Putera K.H.Ilyas Ruhiat ucu K.H. Ruhiat. Berbeda dengan bapak dan kakeknya, Acep Zam Zam memilih seni sebagai bidang yang digelutinya terutama seni lukis dan susastra khususnya puisi. Kiprah dan prestasi yang telah diperbuat dan diperlihatkan oleh K.H. Ruhiat sebagai pendiri Pesantren Cipasung, peristiwa sejarah yang telah dilaluinya baik zaman penjajahan Belanda maupun zaman pendudukan Jepang serta sikap beliau yang tidak menerima bujukan DI/TII, layak untuk direkomendasikan sebagai Pahlawan Nasional bidang pembangunan pendidikan Agama Islam. Pesantren yang telah dibangunnya dengan susah payah telah menjadi salah satu rujukan bagi santri se – Indonesia untuk belajar agama Islam. Demikian pula dengan Acep Zam Zam Noor. Cucu pendiri Pesantren Cipasung ini direkomendasikan menjadi Maestro Budaya, karena karya dan aktifitasnya beliau di bidang seni khusunya seni Sastra telah melambungkan namanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
A. 16 ITSB
Publisher
Bandung -Jawa Barat : BPNB Jawa Barat.,
Collation
iv, foto, tabel., lebar 28 cm, tinggi 29,5 cm, 140
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
A. 16 ITSB
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
2018
Subject(s)
Specific Detail Info
2 eks
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment