Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.090 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Eksistensi Kesenian Ronggeng Gunung Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Panyutran Kabupaten Ciamis | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Eksistensi Kesenian Ronggeng Gunung Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Panyutran Kabupaten Ciamis


Berbicara tentang salah satu genre dari kesenian tradisional seperti halnya Ronggeng Gunung di Jawa Barat, maka bayangan kita akan melayang kepada sebuah tontonan rakyat di daerah pegunungan yang menampilkan beberapa orang perempuan muda berbusana khas dan unik serta rias wajah yang sedikit tebal namun cukup menarik. Di depan perempuan-perempuan itu, beberapa orang pria turut beraksi dengan gaya tarian masing-masing menemani para penari perempuan yang tergabung dalam kelompok kesenian tersebut. Iringan gamelan yang terdiri dari beberapa jenis waditra yang sederhana, kadang-kadang terdengar sangat monoton, namun demikian tetap mengasyikkan. Sudah tidak terhitung banyaknya nilai baru yang diadopsi masyarakat kota dan desa. Demikian juga beragam kesenian batu yang berkilau telah diketahui bahkan disukai oleh segenap lapisan masyarakat. Kini kesenian yang sederhana seperti Ronggeng Gunung, hampir dipastikan tidal lagi diketahui oleh masyarakat luas kecuali pendukungnya. Dalam keseharian, para seniman Ronggeng Gunung seperti halnya pendukung kesenian tradisional lain tetap menjalani rutinitas kehidupan baik sebagai petani, pedagang atau peladang. Cap kesenimanan pada pada diri mereka sama sekali tidak tampak, karena bagi mereka seni betul-betul menjadi bagian dari hidupnya seperti juga bekerja di sawah atau diladang. Tujuan penelitian ini diharapkan pula agar masyarakat luas mengetahui bahwa di Jawa Barat Khususnya di Kabupaten Ciamis masih hidup sebuah kesenian tradisional. Meski sederhana namun memberikan arti khusus bagi pendukungnya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, yakni untuk menangkap berbagai gejala baik yang diperoleh melalui cerita dan pengalaman dari para informan juga dilakukan pengamatan dan observasi terhadap tingkah laku komunitas dengan wawancara mendalam. Agaknya untuk sebagian besar orang, sulit mengetahui dimana letak Desa Panyautan, sekalipun membolak-balik peta Jawa Barat. Kita hanya akan menemukan sebuah titik kecil bearada di kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis. Tidak heran bila terjadi demikian, sebab Desa Panyutran adalah sebuah desa yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Padaherang, dan terletak di dataran yang paling tinggi di wilayah tersebut. Satu-satunya kesenian yang mereka miliki adalah Ronggeng Gunung. Konon, kelompok Ronggeng Gunung yang ada di Desa Panyutran adalah yang paling tua umurnya. Menurut keterangan sesepuh di Kecamatan Panyutran (Bpk. Pepe Bastaman), seniman Ronggeng Gunung dari Desa Panyutran banyak yang membentuk kelompok baru di daerah lain dan kini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis. Demikian juga Ronggeng-ronggengnya, selain terkenal mempunyai keunikan tersendiri. Merekapun memiliki perbendaharaan lagu “buhun” yang hampir tidak lagi dikuasai oleh ronggeng atau pesinden masa kini. Kesenian Ronggeng Gunung timbul ketika di Pulau Jawa masih berdiiri kerajaan-kerajaan, suatu ketika, di Kerajaan Galuh timbul peperangan. Keadaan menjadi kacau karena Kerajaan Galuh dapat diduduki oleh musuh. Raja terpaksa mengungsi ke tempat yang aman dari kerajaan musuh. Putri Galuh yang bernama Nyi Dewi Kembang Samboja berhasil melarikan diri dari kerajaan bersama-sama dengan kekasihnya, Raden angkalarang. Tetapi ternyata mereka berdua dapat dikejar oleh musuh dan dalam suatu pertempuran, dalam usahanya mempertahankan diri, Raden angkalarang gugur terbunuh, di desa Gunatiga. Setelah kekasihnya terbunuh, Nyi Dewi Kembang Samboja dengan para pengiringnya terus melarikan diri. Dalam pelariannya itu sang putri membawa serta para ‘Renggana’ dan nayaganya yang sudah terbiasa menghibur dirinya di keraton. Dalam rombongan kesenian istana, terdapat seorang putri yang terdiri dari pengiring dan rombongan kesenian istana, terdapat seorang ronggeng yang sangat ternama pada waktu itu. Nama Ronggeng itu ialah Nyi Bogem dan dibantu oleh seorang nayaga yang ternama pula, yaitu Ki Nayadipa. Di tempat persembunyiannya, para renggana dan nayaga itu terus menerus menghibur majikannya agar tidak selalu memikirkan dan mengingat ingat Raden Angkalarang yang telah gugur itu. Sebagai kesenian yang lahir, tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat pedesaan, khususnya masyarakat petani, maka seni ronggeng gunung lebih bersifat merakyat. Ini ditandai dengan event-event pertunjukkannya yang lebih merupakan hiburan rakyat ketimbang hiburan para ningrat atau bangsawan. Kini, sungguhpun kesenian ronggeng gunung tidak sepopuler kesenian-kesenian Sunda lainnya seperti Jaipongan ataupun wayang golek. Akan tetapi kesenian ini masih tetap eksis, khususnya di kalangan masyarakat di Kabupaten Ciamis. Kesenian ini masih menjadi pilihan utama dalam perayaan-perayaan pesta rakyat di lingkungan masyarakat setempat, seperti pesta panen, hajatan, dan peristiwa-peristiwa kedaerahan lainnya.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
A. 52 KES
Publisher
Bandung -Jawa Barat : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.,
Collation
: lebar 21cm, tinggi 27,5 cm, 96 hlm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
A. 52 KES
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
2001
Subject(s)

Specific Detail Info
1 eks
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment