Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.358 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya


Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Naga terletak tidak jauh dari jalasn raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya. Kampung ini berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut. Seacra administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari Tasikmalaya ke Kampung Naga sekira berjarak lebih lagi mendirikan rumah baru kurang 30 kilometer. Untuk mencapai Kampung tersebut dari arah jalan raya Garut – Tasikmalaya, harus menuruni anak tangga sekira 335 anak tangga hingga sungai Ciwulan dengan kemiringan 45 derajat. Penduduk Kampung Naga adalah penganut agama Islam, di samping masih memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun berasal dari nenek moyang mereka. Karena areal Kampung Naga terbatas, sehingga tidak memungkinkan lagi mendirikan rumah baru, maka banyak penduduk yang termasuk adat sa-Naga bertempat tinggal di di luar Kampung Naga maupun di luar Desa Neglasari. Bahkan ada diantara mereka yang bertempat tinggal di Kota Garut. Tasikmalaya, Bandung dan Cirebon. Mereka ini pun masih taat menjalankan adat istiadat warisan nenek moyang mereka yang berpusat di dalam Kampung Naga. Semisal, pada saat diselenggarakan adat dan upacara adat Sa-Naga yang dipusatkan di Kampung Naga, mereka memerlukan datang ke Kampung Naga untuk melaksanakannya bersama-sama. Nenek moyang orang Kampung Naga (Sa-Naga) yang menurunkan keturunan dan adat istiadat Naga adalah Embah Dalem Eyang Singaparna. Makamnya diwilayah Hutan sebelah barat Kampung Naga. Makam Embah Dalem Singaparna dianggap makam keramat yang selalu diziarahi pada saat akan diadakan atau dilakukan penyelenggaraan upacara-upacara adat atau yang lainnya, baik oleh warga masayarakat Kampung Naga yang berada di sana maupun orang-orang keturunan yang termasuk ke dalam adat Sa-Naga. Kekhasan dari Kampung Adat Naga selain yang disebutkan di atas ialah arsitektur bangunannya yang membedakan arsitektur bangunan pada umumnya. Mulai letak, bentuk, arah rumah, bahan-bahan pembuat rumah, pola perkampungan, sampai kepada perilaku kehidupan sehari-hari ditaati sebagai ketentuan yang digariskan leluhur, pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dianggap sebagai pelanggaran adat yang dapat membahayakan bukan saja bagi si pelanggar, tetapi juga bagi seluruh isi Kampung Naga dan bagi orang-orang Sa-Naga. Merebaknya tatanan nilai budaya global membawa pengaruh cukup sinifikan terhadap tatanan budaya lokal. Dengan tidak didasari, Jawa Barat memiliki peluang, dimana aset atau warisan budaya itu dapat dipelihara, diperkenalkan, dan dimanfaatakan untuk untuk dan oleh masyarakat pada umumnya. Tujuan diadakannya perekaman dan pendokumentasian Kampung Adat Naga ini adalah ubtuk memperkenalkan kepada masyarakat akan arti pentingnya nilai-nilai budaya daerah yang positip dan relevan, agar masyarakat mengetahui dan memahami akan adanya keanekaragaman budaya sekaligus menghargai keanekaragaman tersebut. Prosedur perekaman adalah suatu kegiatan pengambilan data yang dilakukan dengan melalui pemotretan, rekaman video, pengamatan dan wawancara. Kemudian dilihat dari pola atau bentuknya, Kampung Naga berpola mengelompok dengan tanah kosong di bagian tengah dengan kolam berada di sebelah muka kampung. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang ada atapnya memanjang arah barat timur. Pola perkampungan sepertiKampung Naga merupakan prototipe dari pola kamoung masyarakat Sunda, walaupun di sana-sini sudah terdapat perubahan-perubahan. Adanya Balong (Kolam), Leuit, Pancuran, Bale Musyawarah atau Bale Patemon, Pancuran, Saung LIsung, Rumah Kuncen (kepala Adat), Masjid, Lapangan atau alun-alun, rumah suci tempat menyimpan benda-benda pusaka, menunjukkan pola perkampungan khas masyarakat Sunda, di samping ada ketentuan lain bahwa rumah-rumah tabu (pamali) untuk di cat. Masyarakat Kampung Naga Desa Neglasari merupakan salah satu contoh komunitas manusia yang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan berupaya mempertahankan kondisi lingkungan alamnya dengan tetap mentaati aturan warisan nenek moyangnya. Aturan-aturan tersebut juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol dalam kebudayaan yang menahan dilakukannya eksploitasi alam secara semena-mena dan membuat masyarakat tetap memegang prinsip kebersamaan sehingga keseimbangan lingkungan, baik fisik maupun sosial, tetap dipertahankan.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Jawa Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
A. 19 KOM
Publisher
Bandung -Jawa Barat : Departemen Kebudyaan dan Pariwista.,
Collation
Lebar 20,1 cm Tinggi 29,3 cm 70 Halaman
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
A. 19 KOM
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
2007
Subject(s)
Specific Detail Info
1 eks
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment