Text
PERANAN DESA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN : STUDI KASUS KETERLIBATAN BEBERAPA DESA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1945-1949
Agresi Militer II Belanda ke Ibukota Negara Republik Indonesia, Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948 oleh tentara pendudukan Belanda, menyebabkan banyak pemimpin pemerintahan ditangkap. Pemimpin-pemimpin yang masih sempat menyingkir ke luar kota melanjutkan perlawanan terhadap Belanda secara perang gerilya. Perang gerilya disebkan oleh situasi ynag sangat mendesak, juga karena kondisi yang masih sangat lemah dari Pemerintah Indonesia, terutama dalam bidang pertahanan. Masalah ekstern yang dihadapi yaitu berupa pembinaan kerjasama dan persatuan antara berbagai badan perjuangan, perlindungan terhadap rakyat, mengikutsertakan rakyat dalam seluruh kegiatan perjuangan secara total melawan tentara pendudukan Belanda baik dalam bidang sosial, politik maupun ekonomi, perlindungan terhadap rakyat dan sebagainya. Keterlibatan masyarakat tidak terbatas di bidang pertahanan saja, melainkan sangat kompleks antara lain bidang pengawasan, penyediaan perbekalan dengan melalui dapur umum, bidang kesehatan, sebagai kurir atau penyelidik, dan lain sebagainya. Mereka mampu menjalin hubungan yang akrab dengan militer maupun dengan para pengungsi yang datang dari daerah lain.
Perpustakaan BPNB Kalimantan Barat