Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.358 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

PELAYANAN KESEHATAN DI SINGKAWANG DAN PONTIANAK PADA AWAL ABAD KE-20 | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

PELAYANAN KESEHATAN DI SINGKAWANG DAN PONTIANAK PADA AWAL ABAD KE-20


Dinamika politik kolonial di Hindia Belanda secara tidak langsung berpengaruh pada pelayanan kesehatan di wilayah ini. Bidang kesehatan di wilayah Buitenewesten mendapatkan perhatian yang lebih sedikit daripada daerah Jawa dan sekitarnya. Perhatian besar pemerintah kolonial yang diwujudkan pada kebijakan bidang kesehatan pada awal abad-20 sebenarnya merupakan kelanjutan dari kebijakan-kebijakan kesehatan sebelumnya. Kondisi kesehatan warga Borneo Barat khusunya di Pontianak dan Singkawang tentu tidak terlepas dari penyakit baik yang bersifat endemik maupun epidemik. Bentuk-bentuk layanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah diwujudkan dalam subsidi bagi rumah sakit dan pasien serta propaganda kesehatan (vaksinasi, pembenahan perkampungan, pembenahan sarana persediaan air minum dan lainnya). Pelayanan rumah sakit di Pontianak dan Singkawang di awal abad ke-20 bergantung pada pendanaan yang berasal dari subsidi dari pemerintah (yang sebagian diambil dari premi pensiun pegawai pemerintah), sumbangan dari gereja (baik sumbangan dana dari jemaat maupun sumbangan karya dari suster dan pastur), dan perusahaan swasta yang dikumpulkan dalam sebuah organisasi dana (seperti Rubbberfonds). Institusi kesehatan di Singkawang mengalami perkembangan yang lebih dahulu karena pengaruh kedatangan suster dan pastur dari kongregasi yang memang menitikberatkan tujuannya pada kesehatan dan kemiskinan. Kepedulian mereka terhadap penderita lepra yang diisolasi oleh masyarakat membuahkan sebuah rumah sakit khusus lepra yang besar di Borneo Barat. Berikutnya pembangunan rumah sakit yang juga dipelopori oleh pihak gereja. Begitu halnya dengan rumah sakit yang tumbuh di Pontianak.

Translate
The dynamics of colonial politics in the Dutch East Indies indirectly influenced health services in the region. The health sector in the Buitenewesten region received less attention than the area of Java and its surroundings. The great attention of the colonial government which was manifested in health policy in the early 20th century was actually a continuation of previous health policies. The health condition of the people of West Borneo especially in Pontianak and Singkawang was certainly inseparable from endemic and epidemic diseases. The forms of health services carried out by the government were manifested in subsidies for hospitals and patients as well as health propaganda (vaccinations, improvement of villages, improvement of drinking water supply facilities and others). Hospital services in Pontianak and Singkawang in the early 20th century relied on funding from subsidies from the government (part of which was taken from government employee pension premiums), donations from the church (both donations from congregations and contributions from sisters and priests). , and private companies collected in a funding organization (such as Rubbberfonds). The health institution in Singkawang experienced an earlier development due to the influence of the arrival of nuns and priests from the congregation which indeed focused on health and poverty. Their concern for leprosy patients isolated by the community resulted in a large leprosy hospital in West Borneo. Next was the construction of a hospital which was also spearheaded by the church. Such was the case with hospitals that grow in Pontianak.


Collection Location

Perpustakaan BPNB Kalimantan Barat

Detail Information
Series Title
-
Call Number
-
Publisher
Kalimantan Barat : BPNB Pontianak.,
Collation
-
Language
ISBN/ISSN
978-602-1202-35-7
Classification
7.5(900-99
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
-
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment