Text
NAGARI SIALANG MASYARAKAT DAN BUDAYANYA
A.A. Navis (1984) mengatakan bahwa Minangkabau tidak lebih sebagai kesatuan ideologis belaka, dan tidak menunjuk pada kesatuan administratif. Hal ini disebabkan karena masing-masing nagari di Minangkabau bersifat otonom, dalam mengatur dan menentukan wilayahnya sendiri. Artinya setiap nagari akan selalu memiliki aturan adatnya sendiri, yang dikenal dengan selogan adat salingkar nagari. Oleh sebab itu BPNB Padang menerbitkan bunga rampai ”Nagari Sialang :Masyarakat dan Budayanya ” ini. Bunga rampai ini diawali dengan dua tulisan yang menjadi pijakan dasar dalam memahami masyarakat Nagari Sialang. Tulisan pertama diawali dengan gambaran akan asal usul nama Nagari Sialang dan beberapa wilayah lain di sekitarnya, yang ditulis oleh Efrianto. Aroma Minangkabau, juga akan terlihat jelas dalam tulisan Refisrul, yang mencoba menggambarkan organisasi sosial tradisional masyarakatnya. Berangkat dari dua tulisan diatas, maka tiga tulisan berikutnya coba menggali aspek-aspek khas yang berkembang di tengah msyarakatnya. Tulisan dari Rois Leonard Arios, mencoba menunjukkan bagaimana gambir telah memancing banyak migran non-Minangkabau dari berbagai wilayah yang ada untuk masuk dan bekerja di wilayah yang terkesan terisolasi ini. Tulisan berikutnya berasal dari hasil penelitian mendalam Ernatip yang mencoba mengulas fenomena sosial pasar tradisional di Nagari Sialang. Bunga rampai ini ditutup dengan tulisan Yondri tentang kehidupan petani gambir itu sendiri.
Perpustakaan BPNB Kalimantan Barat