Temukan koleksi favoritmu

tersedia 274.429 koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud

Sangasanga: Minyak, Modernitas dan Kota Juang | Katalog Induk Perpustakaan Kemdikbudristek

RECORD DETAIL
Back To PreviousXML DetailCite this

Text

Sangasanga: Minyak, Modernitas dan Kota Juang


Sanga-sanga merupakan salah satu kota penghasil minyak di Kalimantan Timur, selain Balikpapan dan Tarakan pada abad ke-19. Pada masa Hindia Belanda eksplorasi minyak dilakukan dibawah pimpinan J. H. Menten. Setelah melakukan pengeboran di beberapa tempat, untuk pertama kalinya minyak bumi menyembur pada 5 Februari 1897. Ditemukannya minyak bumi di Sumur Louise, membuka jalan bagi Belanda melakukan eksploitasi minyak secara besar-besaran di Sangasanga. Kegiatan pertambangan ini membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang amat besar maka didatangkanlah para pekerja dari luar sehingga daerah ini tumbuh menjadi kota metropolitan di Kalimantan Timur. Eksplorasi minyak oleh perusahaan-perusahaan Belanda berlangsung selama beberapa dekade yang kemudia dilanjutkan oleh pemerintah Jepang, Pendudukan Jepang di Sangasanga merupakan bagian dari proses penguasaan minyak bumi untuk menjalankan mesin perangnya di Kawasan Asia Pasifik.

Pemerintah Militer Jepang menerapkan kerja paksa dengan berbagai macam bentuk penindasan dan diskriminasi. Tekanan sosial secara terus menerus yang dilakukan oleh para penjajah memicu lahirnya perlawanan rakyat. Perlawanan oleh pejuang Sangasanga dimulai dengan lahirnya organisasi sosial Ksatria yang kemudian berkembang menjadi organisasi BPPD (Badan Penolong Perantau Djawa). Tokoh-tokoh pergerakan yang tergabung dalam organisasi ini memiliki peranan penting pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Organisasi ini kemudian berkembangan hingga lahirlah organisasi kelasyarakan BPRI (Barisan Pemberontak Republik Indonesia). Perlawanan dimulai debgan gerakan sabotase dan mencipatkan kekacauan dan penguasaan senjata milik Belanda. Setelah para pemimpin organisasi menghimpun segala kekuatan, maka terjadi perebutan kekuasaan pada 27 Januari 1947. Perebutan tampak kekuasaan dilakukanoleh tokoh BPRI, prajurit ex-Heiho dan Tentara KNIL pro kemerdekaan. Markas KNIL dapat dikuasai dan bendera Belanda di beberapa tempat, termasuk di Muara Sangasanga dikuasi untuk kemudian bendera merah putih dinaikkan kembali oleh para pejuang.


Collection Location

Perpustakaan Terpadu Ditjen Kebudayaan

Detail Information
Series Title
-
Call Number
959.83832 SAI s
Publisher
Samarinda : Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur.,
Collation
x + 124 hlm.; 15,5 x 23 cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
978-602-6095-54-1
Classification
959.83832
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment